*Arti dan Sejarah Nama Ukraina dan "Beban" yang Mengikutinya

ukraina

BANGTOGEL - Kata "ukraina" dalam rumpun bahasa Slavia artinya "daerah di perbatasan" atau "daerah pinggiran". Kata itu pertama kali muncul untuk menamai wilayah Ukraina yang kita dikenal saat ini pada abad ke-16. Ketika itu Ukraina menjadi bagian daerah Persemakmuran Polandia-Lithuania.

Ukraina, yang sering dijuluki sebagai lumbung pangan Eropa karena tanahnya yang subur dan menghasilkan biji-bijian (gandung, jelai, bunga matahari) yang melimpah, telah lama diidam-idamkan oleh negara-negara besar di kawasan itu. Sejak Abad Pertengahan hingga saat ini, bangsa Viking, Mongol, Lituania, Polandia, Rusia, Ottoman, Swedia, Prancis, Austria, Jerman, Rumania, dan Cekoslowakia bergantian menguasai wilayah tersebut.

Ukraina tidak pernah sepenuhnya merdeka hingga runtuhnya Uni Soviet, meskipun ada periode semi-otonomi. Ukraina terpecah belah dan bersatu kembali beberapa kali.

Jadi, nama (Ukraina) itu secara historis mencerminkan posisi geografisnya sebagai wilayah perbatasan berbagai kekaisaran dan negara besar. Kondisi itu juga menyebabkan wilayah tersebut memiliki peran strategis, baik sebagai medan pertempuran maupun sebagai jembatan perdagangan antara Timur dan Barat.

Nama "Ukraina" mulai digunakan secara lebih luas di awal zaman modern. Sebelumnya, wilayah itu dikenal dengan berbagai nama lain, tergantung pada dominasi kekuatan asing yang berubah-ubah.

Seiring bertumbuhnya kesadaran nasional dan keinginan untuk merdeka, nama Ukraina semakin populer sebagai simbol identitas dan kedaulatan.

Beberapa sejarawan menekankan bahwa penggunaan nama Ukraina bukan hanya geografis tetapi juga politis, yang mencerminkan upaya penduduk setempat untuk menegaskan identitas dan otonomi mereka di tengah tekanan kekuatan asing.

Referensi ke nama Ukraina dalam dokumen-dokumen sejarah semakin memperkuat pemahaman bahwa istilah ini telah lama digunakan untuk mengidentifikasi wilayah dan penduduknya. Catatan sejarah, seperti yang dijelaskan Orest Subtelny dalam bukunya "Ukraine: A History" (1988), menyediakan bukti bahwa konsep "Ukraina" sebagai entitas terpisah memiliki akar yang jauh lebih lama dari yang sering dipercayai.

  • Masih Sering Salah Disebut

Pada abad ke-19, Perancis memperkenalkan sebutan l’Ukraina atau the Ukraine. Ketika itu Ukraina berada di bawah kekuasaan Napoleon Bonaparte dari Perancis. Sejak itu, penggunaan artike the tersebut melekat pada Ukraina. Penggunaan artikel itu menjadi sangat populer ketika Ukraina merupakan entitas teritorial Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet.

Lalu apa masalahnya dengan adanya artikel the itu? Adanya artikel tersebut memberi nuansa bahwa Ukraina memang wilayah perbatasan dari sebuah negara, bukan sebuah negara otonom yang merdeka.

Setelah Uni Soviet runtuh tahun 1991, pemerintah Ukraina menyatakan dalam konstitusinya bahwa negara tersebut selanjutnya akan disebut sebagai “Ukraina”. Dengan demikian arikel "the" terhapus.

Ada dua alasan pembenaran untuk hal itu. Pertama, dalam bahasa Rusia dan Ukraina, dua bahasa yang paling populer digunakan di Ukraina, penggunakan artikel tidak dikenal. Dengan demikian rasanya konyol untuk menggunakan artikel tersebut.

Kedua, dengan menyataan kemerdekaannya, “the Ukraine” atau "wilayah di perbatasan" menjadi istilah yang merendahkan, karena masih menyiratkan bahwa Ukraina tetap menjadi wilayah teritorial salah satu mantan penguasanya.

Walau demikian, dalam penggunaan sehari-hari banyak pihak tetap menyebut negara itu "the Ukraine"". Meskipun sudah ada proklamasi kemerdekaan Ukraina, jurnalis Barat, politisi AS, dan industri hiburan Amerika terus menyebut negara pecahan Soviet sebagai “the Ukraine” (seakan masih sebagai sebuah wilayah di perbatasan).

Ukraina punya kesempatan untuk menghapus artikel tersebut selamanya. Pada November 2013, ratusan ribu warga Ukraina berkumpul di Lapangan Kemerdekaan Kyiv. Mereka mereka memprotes korupsi yang dilakukan mantan Presiden Viktor Yanukovych dan pemerintahan mereka, serta menuntut agar demokrasi sejati diterapkan di Ukraina.

Selain itu, sejak "Revolution of Dignity”, Ukraina telah mengambil langkah besar untuk memenuhi persyaratan agar dapat menjadi anggota Uni Eropa (EU). Hal itu termasuk memberantas korupsi, mendapatkan perjalanan bebas visa, dan memperluas pasar sehingga negara tersebut tidak lagi bergantung pada Rusia sebagai mitra dagang utamanya.

Ukraina akhirnya menyatakan dirinya sebagai negara berdaulat, tidak hanya di Eropa, juga di dunia.

Sayangnya, meskipun Ukraina telah melakukan reformasi besar-besaran untuk menegaskan kembali dirinya sebagai negara Eropa, selain menerima tekanan dari Barat dan Rusia, banyak jurnalis dan tokoh politik yang terus salah menyebut negara tersebut. Misalnya saja, ketika AS sedang mempersiapkan pemilihan presiden tahun 2016, para kandidat dari Partai Demokrat dan Republik terus menggunakan kata “the Ukraine”.

Dalam beberapa aspek, hal itu melemahkan upaya Ukraina untuk menjadikan diri sebagai negara merdeka yang utuh, karena penggunaan “the” meniadakan kedaulatan Ukraina.